______________________________________________________________________________________________-
_____________________________________________

Sabtu, 06 Oktober 2012

Kisah Umar Bin Khattab


Nama lengkap Umar bin Khattab bin Nafiel bin abdul Uzza, dilahir di Mekkah, dari Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy. Ayahnya bernama Khaththab bin Nufail Al Mahzumi Al Quraisyi dan ibunya Hantamah binti Hasyim. Umar memiliki julukan yang diberikan oleh Muhammad yaitu Al-Faruq yang berarti orang yang bisa memisahkan antara yang haq dan bathil.Keluarga Umar tergolong dalam keluarga kelas menengah, ia bisa

bisa membaca dan menulis yang pada masa itu merupakan sesuatu yang jarang. Umar juga dikenal, karena fisiknya yang kuat dimana ia menjadi juara gulat di Mekkah.
Sebelum memeluk Islam, sebagaimana tradisi kaum jahiliyah mekkah saat itu, Umar mengubur putrinya hidup-hidup. Sebagaimana yang ia katakan sendiri, "Aku menangis ketika menggali kubur untuk putriku. Dia maju dan kemudian menyisir janggutku".
Mabuk-mabukan juga merupakan hal yang umum dikalangan kaum Quraish. Beberapa catatan mengatakan bahwa pada masa pra-Islam, Umar suka meminum anggur. Setelah menjadi muslim, ia tidak menyentuh alkohol sama sekali. Tetapi, setelah masuk Islam, belum diturunkan larangan meminum khamar (yang memabukkan) secara tegas. Sehingga ada kisah, Pada malam hari, Umar bermabuk-mabukkan sampai Subuh. Ketika waktu Subuh tiba, beliau pergi ke masjid dan ditunjuk sebagai imam. Ketika membaca surat Al-Kafirun, karena ayat 3 dan 5 bunyinya sama, setelah membaca ayat ke 5, beliau ulang lagi ke ayat 4 terus menerus. Akhirnya, Allah menurunkan larangan bermabuk-mabukkan yang tegas.

Memeluk Islam
Ketika ajakan memeluk Islam dideklarasikan oleh Nabi Muhammad SAW, Umar mengambil posisi untuk membela agama tradisional kaum Quraish (menyembah berhala). Pada saat itu Umar adalah salah seorang yang sangat keras dalam melawan pesan Islam dan sering melakukan penyiksaan terhadap pemeluknya.
Dikatakan bahwa pada suatu saat, Umar berketetapan untuk membunuh Muhammad SAW. Saat mencarinya, ia berpapasan dengan seorang muslim (Nu'aim bin Abdullah) yang kemudian memberi tahu bahwa saudara perempuannya juga telah memeluk Islam. Umar terkejut atas pemberitahuan itu dan pulang ke rumahnya.

Di rumah Umar menjumpai bahwa saudaranya sedang membaca ayat-ayat Al Qur'an (surat Thoha), ia menjadi marah akan hal tersebut dan memukul saudaranya. Ketika melihat saudaranya berdarah oleh pukulannya ia menjadi iba, dan kemudian meminta agar bacaan tersebut dapat ia lihat. Ia kemudian menjadi sangat terguncang oleh isi Al Qur'an tersebut dan kemudian langsung memeluk Islam pada hari itu juga.

Kehidupan di Madinah
Umar adalah salah seorang yang ikut pada peristiwa hijrah ke Yatsrib (Madinah) pada tahun 622 Masehi. Ia ikut terlibat pada perang Badar, Uhud, Khaybar serta penyerangan ke Syria. Ia adalah salah seorang sahabat dekat Nabi Muhammad SAW Pada tahun 625, putrinya (Hafsah) menikah dengan Nabi Muhammad.

Menjadi khalifah
Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat. Islam mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium).
Sejarah mencatat banyak pertempuran besar yang menjadi awal penaklukan ini. Pada pertempuran Yarmuk, yang terjadi di dekat Damaskus pada tahun 636, 20 ribu pasukan Islam mengalahkan pasukan Romawi yang mencapai 70 ribu dan mengakhiri kekuasaan Romawi di Asia Kecil bagian selatan. Pasukan Islam lainnya dalam jumlah kecil mendapatkan kemenangan atas pasukan Persia dalam jumlah yang lebih besar pada pertempuran Qadisiyyah (th 636), di dekat sungai Eufrat. Pada pertempuran itu, jenderal pasukan Islam yakni Sa`ad bin Abi Waqqas mengalahkan pasukan Sassanid dan berhasil membunuh jenderal Persia yang terkenal, Rustam Farrukhzad.
Pada tahun 637, setelah pengepungan yang lama terhadap Yerusalem, pasukan Islam akhirnya mengambil alih kota tersebut. Umar diberikan kunci untuk memasuki kota oleh pendeta Sophronius dan diundang untuk shalat di dalam gereja (Church of the Holy Sepulchre). Umar memilih untuk shalat ditempat lain agar tidak membahayakan gereja tersebut. 55 tahun kemudian, Masjid Umar didirikan ditempat ia shalat.
Umar melakukan banyak reformasi secara administratif dan mengontrol dari dekat kebijakan publik, termasuk membangun sistem administratif untuk daerah yang baru ditaklukkan. Ia juga memerintahkan diselenggarakannya sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638, ia memerintahkan untuk memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Medinah. Ia juga memulai proses kodifikasi hukum Islam.
Umar dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih mengadopsi gaya hidup dan penampilan para penguasa di zaman itu, ia tetap hidup sangat sederhana.
Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun ke-empat kekhalifahannya, Umar mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung saat peristiwa hijrah.

pemimipin yg arif dan bijaksana

Umar adalah sosok pemimpin teladan yang sangat mengerti kepentingan rakyatnya. Padahal ia sendiri hidup dalam kondisi sangat sederhana. Pada suatu malam, sudah menjadi kebiasaan bahwa Umar bin Khattab sering berkeliling mengunjungi, menginvestigasi kondisi rakyatnya dari dekat. Nah, pada suatu malam itu, ia menemukan sebuah gubuk kecil yang dari dalam terdengar suara tangis anak -anak. Ia pun mendekat dan mencoba untuk memperhatikan dengan seksama kondisi gubuk itu. Dialog Umar bin Khattab dengan seorang Ibu.  Ternyata dalam gubuk itu terlihat seorang ibu yang sedang memasak, dan dikelilingi oleh anak-anaknya yang masih kecil.Si ibu berkata kepada anak-anaknya, "Tunggulah ...! Sebentar lagi makanannya matang." Sang Khalifah memperhatikan dari luar, si ibu terus menerus menenangkan anak-anaknya dan mengulangi perkataannya bahwa makanan yang dimasaknya akan segera matang. Sang Khalifaf menjadi sangat penasaran, karena yang dimask oleh ibu itu tidak kunjung matang, padahal sudah lama dia memasaknya.Akhirnya Umar memutuskan untuk menemui ibu itu, "Mengapa anak-anakmu tidak juga berhenti menangis, Bu ..? " tanya Sang Khalifah. "Mereka sangat lapar," jawab si ibu. "Kenapa tidak cepat engkau berikan makanan yang dimasak dari tadi itu?" tanya Khalifah. "Kami tidak ada makanan. Periuk yang dari tadi aku masak hanya berisi batu untuk mendiamkan mereka. Biarlah mereka berpikir bahwa periuk itu berisi makanan, dengan begitu mereka akan berhenti menangis karena kelelahan dan tertidur."jawab si ibu. Setelah mendengar jawab si ibu, hati sang Kahlifah Umar bin Khattab serasa teriris.Kemudian Khalifah bertanya lagi, "Apakah ibu sering melakukannya setiap hari?" "Iya, saya sudah tidak memiliki keluarga atau pun suami tempat saya bergantung, saya sebatang kara ..., "jawab si ibu.Hati dari sang Khalifah laksana mau copot dari tubuh mendengar penuturan itu, hati terasa teriris-iris oleh pisau yang tajam. "Mengapa ibu tidak meminta pertolongan kepada Khalifah agar dapat meolong dengan bantuan uang dari Baitul Mal? " tanya sang khalifah lagi. "Ia telah menganiaya saya ...," jawab si ibu. "Zalim ....," kata sang khalifah dengan sedihnya. "Iya, saya sangat menyesalkan pemerintahannya. Seharusnya ia melihat kondisi rakyatnya. Siapa tahu ada banyak orang yang senasib dengan saya! " kata si ibu.
Umar bin Khattab kemudian berdiridan berkata, "Tunggulah sebenatar Bu ya. Saya akan segera kembali." Bantuan dari Khalifah. Di malam yang semakin larut dan hembusan angin terasa kencang menusuk, Sang Khalifah segera bergegas menuju Baitul Mal di Madinah. Ia segera mengangkat sekarung gandum yang besar di pundaknya ditemani oleh sahabatnya Ibnu Abbas. Sahabatnya membawa minyak samin untuk memasak. Jarak antara Madinah denga rumah ibu itu terbilang jauh, sampai membuat keringat bercucuran dengan derasnya dari tubuh Umar. Melihat hal ini, Abbas berniat untuk menggantikan Umar untuk mengangkat karung yang dibawanya itu, tapi Umar menolak sambil berkata, "Tidak akan aku biarkan engkau membawa dosa-dosaku di akhirat kelak. Biarkan aku bawa karung besar ini karena aku merasa sudah begitu bersalah atas apa yang terjadi pada ibu dan anak-anaknya itu. " Beberapa lama kemudian sampailah Khalifah dan Abbas di gubuk ibu itu. Begitu sekarung gandum dan minyak samin itu diserahkan, bukan main gembiranya mereka. Setelah itu, Umar berpesan agar ibu itu datang menemui Khalifah keesokan harinya untuk mendaftarkan dirinya dan anak-anaknya di Baitul Mal. Setelah keesokan harinya, ibu dan anak-anaknya pergi untuk menemui Khalifah. Dan betapa sangat terkejutnya si ibu begitu menyaksikan bahwa pria yang telah menolongnya tadi malam adalah khalifah sendiri, Umar bin Khattab. Segera saja si ibu minta maaf atas kekeliruannya yang telah menilai bahwa khalifahnya zalim terhadapnya. Namun Sang Khalifah tetap mengaku bahwa dirinyalah yang telah bersalah.

Adil untuk Semua Golongan
Sejak diangkat menjadi gubernur Mesir oleh Umar bin Khattab, Amr bin Ash menempati sebuah istana megah yang di depannya terhampar sebidang tanah kosong berawa-rawa, dan diatasnya hanya ada gubuk reyot yang hampir roboh. Selaku gubernur, ia menginginkan agar pada tanah tersebut, didirikan sebuah masjid yang indah dan mewah agar seimbang dengan istananya. Apalagi Amr bin Ash tahu bahwa tanah dan gubuk itu ternyata milik seorang Yahudi. Maka yahudi tua pemilik tanah itu dipanggil menghadap istana untuk merundingkan rencana Gubernur Amr bin Ash.
"Hei Yahudi, berapa harga jual tanah milikmu sekalian gubuknya? Aku ingin membangun masjid di atasnya. "
Yahudi itu menggelengkan kepalanya, "Tidak akan saya jual, Tuan."
"Kubayar tiga kali lipat dari harga biasa?" Tanya Gubernur menawarkan keuntungan yang besar.
"Tetap tidak akan saya jual" jawab si Yahudi.
"Akan kubayar lima kali lipat dibanding harga yang umum!" Desak Gubernur.
Yahudi itu mempertegas jawabannya, "Tidak."
Maka sepeninggal kakek beragama Yahudi itu, Amr bin Ash memutuskan melalui surat untuk membongkar gubuk reyotnya dan mendirikan masjid besar di atas tanahnya dengan alasan kepentingan bersama dan memperindah pemandangan mata. Yahudi pemilik tanah dan gubuk tidak bisa berbuat apa-apa menghadapi tindakan penguasa. Ia cuma bisa menangis dalam hati. Namun ia tidak putus asa memperjuangkan haknya. Ia bertekad hendak mengadukan perbuatan gubernur tersebut kepada atasannya di Madinah, yaitu Umar bin Khattab.
Sungguh ia tak menyangka, Khalifah yang namanya sangat terkenal itu tidak memiliki istana yang mewah. Ia bahkan diterima Khalifah di halaman masjid Nabawi, di bawah pohon kurma yang rindang.
"Ada kebutuhan apa Tuan datang jauh-jauh kemari dari Mesir?" Tanya Umar. Meskipun Yahudi tua itu gemetaran berdiri di depan Khalifah, tetapi kepala negara yang bertubuh tegap itu menatapnya dengan pandangan dingin sehingga dengan lancar ia dapat menyampaikan kebutuhannya dari semenjak kerja kerasnya seumur hidup untuk dapat membeli tanah dan gubuk kecil, sampai perampasan hak miliknya oleh gubernur Amr bin Ash dan dibangunnya masjid megah diatas tanah miliknya.
Umar bin Khattab mendadak merah padam mukanya. Dengan murka ia berkata, "Perbuatan Amr bin Ash sudah keterlaluan." Sesudah reda emosinya, Umar lantas menyuruh Yahudi tersebut mengambil sebatang tulang dari tempat sampah yang treronggok di dekatnya. Yahudi itu ragu melakukan perintah tersebut. Apakah ia salah dengar? Oleh sang Khalifah, tulang itu digoreti huruf alif lurus dari atas ke bawah, lalu dipalang di tengah-tengahnya menggunakan ujung pedang. Kemudian tulang itu diserahkan kepada si kakek seraya berpesan, "Tuan. Bawalah tulang ini baik-baik ke Mesir, dan berikanlah pada gubernurku Amr bin Ash. "
Yahudi itu semakin bertanya-tanya. Ia datang jauh-jauh dari Mesir dengan tujuan memohonkan keadilan kepada kepala negara, namun apa yang ia peroleh? Sebuah tulang berbau busuk yang cuma digoret-goret dengan ujung pedang. Apakah Khalifah Umar tidak waras?
"Maaf, Tuan Khalifah." Ucapnya tidak puas, "Saya datang kemari menuntut keadilan, namun bukan keadilan yang Tuan berikan. Melainkan sepotong tulang yang tak berharga. Bukankah ini penghinaan atas diri saya? "
Umar tidak marah. Ia meyakinkan dengan penegasannya, "Hai, kakek Yahudi. Pada tulang busuk itu terletak keadilan yang Tuan inginkan. "
Maka, meskipun sambil mendongkol dan mengomel sepanjang jalan, kakek Yahudi itu lantas berangkat menuju tempat asalnya dengan berbekal sepotong tulang belikat unta berbau busuk. Anehnya, begitu tulang yang tak bernilai tersebut diterima oleh gubernur Amr bin Ash, tak disangka mendadak tubuh Amr bin Ash menggigil dan wajahnya menyiratkan ketakutan yang amat sangat. Seketika itupula ia memerintahkan segenap anak buahnya untuk merobohkan masjid yang baru siap, dan agar dibangun kembali gubuk milik kakek Yahudi dan menyerahkan kembali hak atas tanah tersebut.
Anak buah Amr bin Ash sudah berkumpul seluruhnya. Masjid yang telah memakan dana besar itu hendak dihancurkan. Tiba-tiba kakek Yahudi mendatangi gubernur Amr bin Ash dengan buru-buru.
"Ada perlu apalagi, Tuan?" Tanya Amr bin Ash yang berubah sikap menjadi lembut dan penuh hormat. Dengan masih terengah-engah, Yahudi itu berkata, "Maaf, Tuan. Jangan dibongkar dulu masjid itu. Izinkanlah saya menanyakan hal aneh yang mengusik rasa penasaran saya. "
"Yang mana?" Tanya gubernur tidak mengerti.
"Apa sebabnya Tuan begitu ketakutan dan menyuruh untuk merobohkan masjid yang dibangun dengan biaya raksasa, hanya lantaran menerima sepotong tulang dari Khalifah Umar?"
Gubernur Amr bin Ash berkata pelan, "Wahai Kakek Yahudi. ketahuilah, tulang itu adalah tulang biasa, malah baunya busuk. Tetapi karena dikirimkan Khalifah, tulang itu menjadi peringatan yang amat tajam dan tegas dengan dituliskannya huruf alif yang dipalang di tengah-tengahnya. "
"Maksudnya?" Tanya si kakek makin keheranan.
"Tulang itu berisi ancaman Khalifah: Amr bin Ash, ingatlah kamu. Siapapun engkau sekarang, betapapun tingginya pangkat dan kekuasaan, suatu saat nanti kamu pasti akan berubah menjadi tulang yang busuk. Karena itu, bertindak adillah kamu seperti huruf alif yang lurus, adil pada dan di bawah, Sebab, jika engkau tidak bertindak lurus, kupalang di tengah-tengahmu, kutebas batang lehermu. "
Yahudi itu menunduk terharu. Ia kagum atas sikap khalifah yang tegas dan sikap gubernur yang patuh dengan atasannya hanya dengan menerima sepotong tulang. Benda yang rendah itu berubah menjadi putusan hukum yang keramat dan ditaati di tangan para penguasa yang beriman. Maka yahudi itu kemudian menyerahkan tanah dan gubuknya sebagai wakaf. Setelah kejadian itu, ia langsung menyatakan masuk Islam.


Suatu saat Abdurahman, anak Khalifah Umar bin Khattab, ketika berada di Mesir menenggak minuman keras. Hukuman yang berlaku bagi peminum alkohol saat itu, sekalipun tidak sampai mabuk, digunduli kepalanya dan dicambuk 25 kali di depan umum.Namun Gubernur Mesir Amru bin Ash, memberi dispensasi khusus, Abdurahman hanya digunduli, tidak dicambuk. Itu pun dilakukan di rumah gubernur. Mungkin karena yang melakukan pelanggaran itu anak seorang amirul-mukminin.
Timbullah desas-desus miring, yang akhirnya terdengar juga oleh Umar. Segera ia memanggil Gubernur Mesir, agar segera datang ke Madinah, membawa Abdurahman.Setelah hadir, mereka dihadapkan ke depan majelis hakim. Umar sendiri yang memimpin persidangan. Sambil menunjukkan kemarahan, ia berkata kepada Abdurahman : " Kelakuanmu tidak menunjukkan status sebagai anak pemimpin orang beriman. Malah leluasa melanggar hukum, karena merasa akan dilindungi. Tidak! Aku lebih takut dan malu oleh Allah SWT dan RasulNya jika membiarkanmu bebas dari hukum yang berlaku. Engkau meminum minuman keras, suatu hal amat terlarang. Sudah mendapat hukuman digunduli, tetapi tidak didepan umum dan belum dicambuk. Oleh karena itu, aku perintahkan agar Abdurahman anak Umar, dicambuk di depan umum 50 kali. Sebanyak 25 cambukkan untuk perbuatan meminum alkohol, sedangkan 25 cambukkan lagi untuk sikapnya merasa diistimewakan karena anak Umar." Kepada Amru bin Ash, Umar berkata tak kalah keras : "Wahai Amr, mengapa hanya karena engkau takut oleh Umar, maka engkau berani melanggar perintah Allah dan RasulNya? Apa arti seorang Umar anak Khattab di hadapan Allah dan RasulNya jika membiarkan kelakuanmu pilih kasih dalam menegakkan hukum, sedangkan Alalh telah memerintahkan kita berlaku adil ? Hanya karena yang berbuat salah Abdurahman anak Umar, engkau bedakan hukumannya daripada yang lain! Padahal Rasulullah saw telah menyatakan tegas, seandainya Fatimah putri terkasih mencuri, akan tetap dipotong tangannya. Bahkan oleh beliau sendiri.


  Suatu hari di musim paceklik, Umar bin Al-Khathab melihat sejumlah sapi kurus dijual di pasar. Tak jauh dari situ, ada beberapa sapi gemuk yang juga dijual. Umar bertanya, "Milik siapa sapi-sapi gemuk ini?" "Milik Abdullah bin Umar," kata si penjual.
Umar pun bergegas pulang untuk menemui Abdullah, anaknya. "Kenapa sapimu gemuk sementara sapi yang lain kurus-kurus?" Tanya Umar. Abdullah berkata, "Aku membeli sapi itu dengan uangku sendiri dan aku membayar orang untuk memeliharanya," wahai Amirul Mukminin.
Umar berkata, "Ketahulah, sapimu gemuk itu karena kau adalah anak Amirul Mukminin! Orang yang kau bayar untuk memelihara sapimu itu lebih memperhatikan sapi-sapimu dari sapi-sapi yang lain. "Lalu, keluarlah informasi Umar yang terkenal," Mulai hari ini, tidak ada seorang pun keluarga Umar yang bisa berbisnis. 



Kematian

Umar bin Khattab dibunuh oleh Abu Lukluk (Fairuz), seorang budak pada saat ia akan memimpin shalat Subuh. Fairuz adalah salah seorang warga Persia yang masuk Islam setelah Persia ditaklukkan Umar. Pembunuhan ini konon dilatarbelakangi dendam pribadi Abu Lukluk (Fairuz) terhadap Umar. Fairuz merasa sakit hati atas kekalahan Persia, yang saat itu merupakan negara digdaya, oleh Umar. Peristiwa ini terjadi pada hari Rabu, 25 Dzulhijjah 23 H/644 M. Setelah kematiannya jabatan khalifah dipegang oleh Usman bin Affan.

Tidak ada komentar: